Stimuli Pemasaran
dan Persepsi Konsumen
Stimuli pemasaran adalah semua bentuk
komunikasi atau stimuli fisik yang dimaksudkan untuk mempengaruhi konsumen.
Produk dan unsur-unsurnya, yakni kemasan, isi, ciri-ciri fisik produk merupakan
stimuli primer (intrinsik). Komunikasi yang dirancang untuk mempengaruhi
perilaku konsumen disebut stimuli sekunder (ekstrinsik), baik dalam bentuk
kata-kata, gambar, dan pencitraan atau dalam bentuk stimuli lain yang berkaitan
dengan produk, misalnya harga, display toko, dan efek wiraniaga
Karakteristik
Konsumen yang Mempengaruhi Persepsi
Dua karakteristik penting yang turut
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap stimuli adalah kemampuan konsumen
membedakan stimuli dan kemampuan menggeneralisasi dari satu stimulus kepada
stimulus yang lainnya.
Kemampuan membedakan stimuli merupakan hal
yang dapat dipelajari. Umumnya konsumen yang loyal akan lebih mampu mengenali
perbedaan-perbedaan kecil dalam karakteristik produk berbagai merek. Namun
secara umum, kemampuan konsumen untuk membedakan ciri-ciri indrawi seperti rasa
dan perabaan bisa dikatakan sangat rendah.
Oleh karena itu pemasar lebih banyak
menggunakan media, dalam hal ini iklan, untuk menegaskan diferensiasi merek
yang tidak bisa dicerminkan hanya oleh ciri-ciri fisik produk semata. Iklan
berperan penting dalam menciptakan brand image.
Proses Persepsi
Menurut Miftah
Thoha (2003: 145), proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa
tahapan:
a. Stimulus
atau rangsangan
Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang
dihadapkan pada suatu stimulus atau rangsangan yang hadir dari lingkungannya.
b. Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang
nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syaraf seseorang
berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau
melihat informasi yang terkirim kepadanya. Kemudian mendaftar semua informasi
yang terkirim kepadanya tersebut.
c. Interprestasi
Interprestasi merupakan suatu aspek kognitif
dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus
yang diterimanya. Proses interprestasi bergantung pada cara pendalamannya,
motivasi dan kepribadian seseorang.
Menurut Diknasari
(2009: 1) menyatakan salah satu pembentuk persepsi yaitu perhatian,
pemusatan atau kekuatan jiwa atau psikis yang tertuju pada suatu objek.
Perhatian adalah banyaknya kesadaran yang menyertai suatu aktifitas yang
dilakukan. Apabila ditinjau dari segi timbulnya perhatian, perhatian dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Perhatian
spontan
Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul
dengan sendirinya, timbul secara spontan. Perhatian ini erat hubungannya dengan
minat individu, bila 10 individu telah mempunyai minat terhadap objek, maka
terhadap objek biasanya timbul perhatian yang spontan, secara otomatis
perhatian itu akan timbul.
b. Perhatian
tidak spontan
Perhatian tidak spontan adalah perhatian yang
ditimbulkan dengan sengaja, karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya.
Menurut Dimyati
Mahmud (1974: 55) proses pembentukan persepsi ada beberapa unsur yaitu: hakekat
sensoris stimulus, latar belakang, pengalaman sensoris terdahulu yang ada
hubungannya, perasaan-perasaan pribadi, sikap, dorongan, dan tujuan.
Peran ekspektasi
pada persepsi
Peran ekspektasi pada persepsi, harapan atau
ekspektasi adalah keyakinan, kepercayaan, individual sebelumnya mengenai apa
yang seharusnya terjadi pada situasi tertentu.
Semiotis
(Keller
: 1998) memandang komunikasi sebagai tindakan-tindakan, meliputi tindakan
memproduksi sesuatu yang dapat diterima oleh akal manusia, dengan tujuan untuk
membawa manusia lainnya kepada suatu penarikan kesimpulan dari suatu
interpretasi. Dalam hal ini, Keller menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu
guessing game. Kemampuan untuk
menyediakan model-model interpretatif bagi mitra tutur untuk “menebak” tujuan
komunikasi disebut Keller sebagai kompetensi semiotis (semiotic competence). Sedangkan pengetahuan yang mendasari
kompetensi semiotis disebutnya sebagai pengetahuan semiotis (semiotic knowledge). Kompetensi semiotis
dan pengetahuan semiotis adalah kebutuhan logis dari sebuah kompetensi bahasa.
Melalui kemampuan kita untuk menggunakan persepsi secara interpretatif, serta
kemampuan kita untuk menggunakan kemampuan tersebut untuk tujuan komunikasi,
tanda-tanda bahasa muncul secara spontan. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa bahasa merupakan hasil dari penggunaan pengetahuan semiotis yang dimiliki
oleh seseorang, untuk mempengaruhi mitra tuturnya.
Inferensi
Perseptual
Perseptual adalah kemampuan memahami dan
menginterpresentasikan informasi sensori atau kemampuan intelek untuk
mencarikan makna yang diterima oleh panca indera.
Inferensi adalah tindakan atau proses yang
berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar.
Maka, inferensi perseptual yaitu kemampuan ataupun
tindakan yang sesuai dengan kebenaran informasi yang kita peroleh dari panca
indera.
Implikasi Pemasaran
Dari Inferensi Perseptual
Konsumen cenderung membentuk citra terhadap
merek, toko, dan perusahaan didasarkan pada inferensi mereka yg diperoleh dari
stimuli pemasaran & lingkungan.
Citra adalah total persepsi terhadap suatu objek,
yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Pemasar
harus secara konstan mencoba mempengaruhi citra konsumen.
Citra terbagi menjadi:
a)
Citra Merek
b)
Citra Toko
c)
Citra Korporasi
SUMBER:
www.elearning.gunadarma.ac.id
www.eprints.uny.ac.id
www.repository.usu.ac.id
www.wiki.answers.com
www.wikipedia.com
www.slideshare.net
www.yanzehsan.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar