TULISAN 6
LAPORAN ILMIAH
● Definisi
Laporan Ilmiah
Laporan
ilmiah ialah karya tulis ilmiah yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok
orang yang berhubungan secara struktural atau kedinasan setelah melaksanakan
tugas yang diberikan. Laporan ilmiah dibuat sebagai bukti pertanggungjawaban
bawahan/petugas maupun tim/panitia kepada atasannya atas pelaksanaan tugas yang
diberikan. Laporan ilmiah harus memuat data yang tepat dan benar serta objektif
dan sistematis sehingga dapat dijadikan ukuran untuk membuat
pertimbangan dan keputusan. (dikutip dalam www.pengertianahli.com).
Secara
umum, sistematika suatu laporan yang lengkap terdiri dari 3 bagian pokok, yaitu
bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup.
● Contoh Laporan
Ilmiah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan
merupakan suatu faktor kebutuhan dasar setiap manusia dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia itu siap dalam
menghadapi pembangunan suatu negara.
Hampir
semua negara berkembang menghadapi masalah kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia yang diakibatkan oleh rendahnya mutu pendidikan. Hal ini ditunjukan
oleh adanya tingkat pemerataan pendidikan yang rendah, standar proses
pendidikan yang relatif kurang memenuhi syarat, dan rendahnya standar
pendidikan.
Pendidikan
merupakan suatu jalan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Untuk itu peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak harus dilakukan guna
membangun suatu negara. Isu mengenai sumber daya manusia sebagai input
pembangunan suatu ekonomi sebenarnya telah dimunculkan oleh Adam Smith pada
tahun 1776, yang mencoba menjelaskan penyebab kesejahteraan suatu negara.
Pembentukan keahlian dan kualitas manusia sampai saat ini menjadi isu utama pentingnya
pendidikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah
mempunyai peran aktif dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan agar sumber
daya manusia yang dihasilkan dapat menjadi sumber untuk pembangunan suatu
negara. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah dengan wajib belajar 9
tahun. Yang diatur dalam undang-undang, yaitu Undang-Undang No. 20 tahun 2003
yang menyatakan bahwa setiap warga negara yang berumur 7 sampai 15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar, tidak boleh ada dropout karena alasan biaya, karena
dalam ketetapan pemerintah 20% dari APBN adalah untuk dialokasikan pada sektor
pendidikan.
Hubungan investasi sumber daya manusia
(pendidikan) dengan pertumbuhan ekonomi merupakan dua mata rantai. Namun
demikian, pertumbuhan tidak akan bisa tumbuh dengan baik walaupun peningkatan
mutu pendidikan atau mutu sumber daya manusia dilakukan, jika tidak ada program
yang jelas tentang peningkatan mutu pendidikan dan program ekonomi yang jelas.
Studi yang dilakukan Prof ekonomi dari Harvard
Dale Jorgenson et al. (1987) pada ekonomi Amerika Serikat dengan
rentang waktu 1948-79 misalnya menunjukkan bahwa 46 persen pertumbuhan ekonomi
adalah disebabkan pembentukan modal (capital formation), 31 persen
disebabkan pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta 24 persen
disebabkan kemajuan teknologi. Selanjutnya, meski modal manusia memegang
peranan penting dalam pertumbuhan penduduk, para ahli mulai dari ekonomi,
politik, sosiologi bahkan engineering lebih menaruh prioritas
pada faktor modal fisik dan kemajuan teknologi. Ini beralasan karena
melihat data AS misalnya, total kombinasi kedua faktor ini menyumbang sekitar
65 persen pertumbuhan ekonomi AS pada periode 1948-79.
Berdasarkan dari hasil
penelitian-penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa variabel pendidikan memiliki
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya di negara maju seperti
di Amerika Serikat. Tinggi rendahnya pendidikan memberikan akses terhadap
peluang untuk masuk kedalam pasar tenaga kerja, dengan demikian dapat
meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Mengacu pada hasil penelitian
tersebut, muncul pertanyaan penting dalam benak peneliti. Apakah variabel
pendidikan juga berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
negara emerging market seperti di Indonesia. Kemudian apakah variabel
penelitian memberi efek serupa atau berbeda dengan yang terjadi di Amerika
Serikat? Hal ini yang menjadikan titik tolak peneliti memilih topik tersebut.
1.2
Rumusan masalah
Apakah tingkat pendidikan menjadi pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
1.3 Tujuan
masalah
Untuk mengetahui seberapa penting peran
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut Prof. H.
Mahmud Yunus bahwa pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja
dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan
keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si
anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta
seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
John Stuart Mill (filosof Inggris,
1806-1873 M) menjabarkan bahwa pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang
dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain
untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.
M.J. Langeveld
menyatakan pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang
belum dewasa kepada kedewasaan, yaitu usaha menolong anak untuk melaksanakan
tugas-tugas hidupnya agar bisa mandiri, dan bertanggung jawab secara susila.
Driyarkara
(1950:74) pendidikan didefinisikan sebagai upaya memanusiakan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Hal yang serupa menurut Stella van
Petten Henderson pendidikan merupakan kombinasai dari pertumbuhan dan
perkembangan insani dengan warisan sosial.
Kohnstamm dan
Gunning (1995), pendidikan adalah pembentukan hati nurani. Pendidikan adalah
proses pembentukan diri dan penetuan-diri secara etis, sesuai denga hati
nurani. John Dewey (1978), “Aducation is all one with growing; it has no end
beyond itself”. Pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan;
pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya. Selain itu,
Carter V. Good mengatakan pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan
seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya.
Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang
terpimpin sehingga dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan
kepribadiannya.
Menurut Thedore
Brameld istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan
perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang
baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan
adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam
sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan
masyarakat tetap ada dan berkembang.
Sedangkan
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat
1 menyatakan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
13 keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
2.2 Tujuan Pendidikan
Dalam
tujuan pembangunan, pendidikan merupakan sesuatu yang mendasar terutama pada
pembentukan kualitas sumber daya manusia. Menurut Herbison dan Myers ( dalam
Panpan Achmad Fadjri, 2000: 36), pembangunan sumber daya manusia berarti
perlunya peningkatan pengetahuan, keterampilan dari kemampuan semua orang dalam
suatu masyarakat. Tujuan pendidikan
memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah
untuk kehidupan. Melalui pendidikan selain dapat diberikan bekal berbagai
pengetahuan, kemampuan dan sikap juga dapat dikembangkan berbagai kemampuan
yang dibutuhkan oleh setiap anggota masyarakat sehingga dapat berpartisipasi
dalam pembangunan.
Nazili Shaleh Ahmad (2011: 3),
tujuan pokok pendidikan adalah membentuk anggota masyarakat menjadi orang-orang
yang berpribadi, berperikemanusiaan maupun menjadi anggota masyarakat yang
dapat mendidik dirinya sesuai dengan watak masyarakat itu sendiri, mengurangi
beberapa kesulitan atau hambatan perkembangan hidupnya dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidup maupun mengatasi problematikanya.
Herera
(dalam Muhadjir Darwin, 2010: 271) mengatakan bahwa melalui pendidikan,
transformasi kehidupan sosial dan ekonomi
akan membaik. Dengan asumsi bahwa melalui pendidikan, maka pekerjaan
yang layak lebih mudah didapatkan. Dari apa yang dikemukakan oleh Herera
tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan dasar yang sangat penting dalam mencapai kesejahteraan hidup.
Todaro & Smith (2003: 404)
menyatakan bahwa pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan
manusia untuk menyerap teknologi modern, dan untuk mengembangkan kapasitas agar
tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.
Hal serupa juga diungkapkan oleh
Bruns, dkk (2003: 1), “Education is
fundamental for the construction of globally competitive economies and democratic
societies. Education is key to creating, applying, and spreading new ideas and
technologies which in turn are critical for sustained growth; it augments
cognitive and other skills, which in turn increase labor productivity”.
Pendidikan merupakan dasar bagi pembangunan ekonomi dan masyarakat. Pendidikan
merupakan kunci untuk menciptakan ide-ide baru dan teknologi yang sangat
penting dalam keberlanjutan pembangunan, bahkan dengan pendidikan pula akan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
2.3 Tingkat Partisipasi Sekolah
Tingkat partisipasi sekolah untuk melihat seberapa banyak penduduk usia
sekolah yang sudah memanfaatkan fasilitas pendidikan. Tingkat partisipasi
sekolah ini dapat dilihat dari persentase penduduk yang masih bersekolah pada
umur tertentu
yang lebih dikenal dengan angka partisipasi sekolah (APS). Meningkatnya angka
partisipasi sekolah berarti menunjukkan adanya keberhasilan di bidang
pendidikan.
Menurut Wakhinuddin
(2009) Angka Partisipasi Sekolah (APrS)
didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid kelompok
usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan
dengan penduduk. Terdapat dua jenis angka partisipasi sekolah, yaitu:
·
Angka Partisipasi
Kasar (APK) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid pada jenjang
pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan sebagainya) dengan penduduk kelompok
usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APK
ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang
pendidikan tertentu pada wilayah tertentu.
·
Angka Partisipasi
Murni (APM) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok
usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang
sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM ini digunakan untuk
mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang
pendidikan yang sesuai. Semakin tinggi APM berarti banyak anak usia sekolah
yang bersekolah di suatu daerah pada tingkat pendidikan tertentu.
2.3 Pertumbuhan
Ekonomi
Menurut
Sadono Sukirno (1996: 33), pertumbuhan ekonomi yaitu proses kenaikan output
perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin
tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan
masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan.
Prof.
Simon Kuznets (dalam Jhingan, 2000: 57) mengatakan pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin
banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh
sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis
yang diperlukannya.
Boediono (1999:8) menyebutkan pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan output dalam jangka panjang. Selain itu RF. Harrod dan Evsey Domar (1947) menyatakan pertumbuhan
ekonomi akan terjadi apabila ada peningkatan produktivitas modal (MEC) dan
produktivitas tenaga kerja.
BAB III
KAJIAN LITERATUR
Penelitian tentang pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Robinson Tarigan (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat
pendidikan dan tingkat pendapatan. Hasilnya, tingkat pendidikan yang lebih
tinggi akan menghasilkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi pula. Tingkat
pendapatan masyarakat yang lebih tinggi ini tentunya akan meningkatkan tingkat
pendapatan negara karena konsumsi
masyarakat yang juga naik.
Porca & Harrison (2005) melakukan penelitian tentang
pengaruh pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi suatu Negara. Hasilnya menunjukkan bahwa pengeluaran di bidang
pendidikan memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Romer (1991) menyatakan bahwa modal manusia merujuk pada stok
pengetahuan dan keterampilan berproduksi seseorang. Pendidikan adalah salah
satu cara dimana individu meningkatkan modal manusianya. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, diharapkan stok modal manusianya semakin tinggi. Karena
modal manusia memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi, maka
implikasinya pendidikan juga memiliki hubungan positif dengan produksivitas
atau pertumbuhan ekonomi.
Secara implisit, pendidikan menyumbang pada penggalian
pengetahuan. Ini sebenarnya tidak hanya diperoleh dari pendidikan tetapi juga
melalui penelitian dan pengembangan ide-ide, karena pada hakikatnya pengetahuan
yang sama sekali tidak dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia akan
mubazir. Aspek penelitian dan pengembangan menjadi salah satu agenda utama
apabila bangsa Indonesia berkeinginan untuk hidup sejajar dengan bangsa-bangsa
yang sudah jauh lebih maju.
Mincer
(1974) melakukan penelitian yang
membuktikan adanya korelasi positif antara peran pendidikan dengan tingkat
penerimaan pendapatan (gaji) yang akan diterima seseorang di masa
mendatang. Model yang dibangun oleh
Mincer dikenal sebagai “Persamaan Gaji Mincer”.
Dalam
model tersebut perubahan gaji seseorang
selain dipengaruhi pengalaman-pengalaman yang diterimanya juga dipengaruhi
lamanya bersekolah yang diterimanya.
Model mincer merupakan tujuan yang menekankan aspek mikro yang
menunjukan pengaruh pendidikan terhadap tingkat gaji seseorang.
Gary
Stanley Becker (1930) melalui penelitiannya bersama
Jacob Mincer memnyimpulkan bahwa pendidikan adalah aset masyarakat. Pendidikan
merupakan tambahan bagi “Human Capital” yang mencakup kompetensi, pengetahuan,
atribut sosial dan kepribadian yang diwujudkan dalam kemampuan untuk melakukan kerja sehingga menghasilkan
nilai ekonomi. Becker memandang waktu sebagai investasi utama dalam pendidikan.
Waktu yang di investasikan untuk menempuh pendidikan inilah yang disebut para
ekonom sebagai “opportunity cost”.
Pendidikan memerlukan waktu yang lama untuk dapat memberikan
efek yang signifikan bagi pendapatan Negara. Hal ini disebabkan karena
investasi di bidang pendidikan tidak dapat secara langsung meningkatkan income
seseorang. Diperlukan waktu untuk menyelesaikan proses pendidikan yang kemudian
keterampilan yang diperoleh dari proses pendidikan tersebut diaplikasikan dalam
dunia kerja.
BAB IV
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pendidikan adalah salah satu cara dimana individu meningkatkan
kualitas dirinya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, diharapkan pendapatan
yang diterima semakin tinggi. Karena kualitas manusia memiliki hubungan positif
dengan pertumbuhan ekonomi, maka implikasinya pendidikan juga memiliki hubungan
positif dengan produksifitas atau pertumbuhan ekonomi.
Kualitas
pendidikan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Karena
jika suatu kualitas pendidikan rendah, otomatis akan menyebabkan sumber daya
manusia yang rendah pula.
Padahal
sumber daya manusia yang berkualitas akan menopang kemajuan suatu negara,
sehingga negara yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas akan
memiliki keunggulan dalam segala bidang, terutama dalam bidang ekonomi.
Pendidikan
di Indonesia memang masih sangat rendah bila dibandingkan dengan pendidikan di
negara-negara lain. Karena efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan
yang masih kurang dioptimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
-------------------.“Pengertian Pertumbuhan Ekonomi”. Agustus
2010
Atmawikarta, Arum. “Investasi Kesehatan Untuk
Pembangunan Ekonomi” Bappenas
MA, Ibrahim. “Definisi Pendidikan Menurut Para Ahli”. Februari
2013
R WA. “Perhatian Orang Tua Pada Pendidikan Anak Di Sekolah
Dasar”. 2012
Syamsurijal. “Pengaruh Tingkat Kesehatan dan Pendidikan terhadap
Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita di Sumatera Selatan”. Journal of
Economic and Development
Tarigan, Robinson. “Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat
Pendapatan Perbandingan antara Empat Hasil Penelitian” Jurnal Wawasan, Februari
2006
Wakhinuddin. “Angka Partisipasi Dalam Pendidikan”. Agustus 2009
Zainal, Achmad. “Analisis Tingkat Partisipasi Pendidikan Siswa
Madrasah”. Kementerian Agama
0 komentar:
Posting Komentar